SEMINAR NASIONAL
“Pelestarian Konstruksi Kayu pada Bangunan Bersejarah: Tantangan dan Prospeknya”
Seminar Nasional berjudul “Pelestarian Konstruksi Kayu pada Bangunan Bersejarah: Tantangan dan Prospeknya” telah diselenggarakan di Asia Africa Ballroom, Hotel Savoy Homann. Mengangkat isu penggunaan material kayu yang banyak digunakan pada bangunan bersejarah tetapi sudah tidak banyak digunakan pada bangunan saat ini. Kegiatan terbagi menjadi tiga sesi yang saling berkaitan. Pada sesi pertama diberikan penjelasan mengenai dokumentasi konstruksi kayu pada bangunan bersejarah sambil mengenal berbagai macam kosntruksi kayu pada bangunan bersejarah dahulu. Kemudian, pada sesi kedua dijelaskan lebih lanjut mengenai karaketristik, keunggukan, dan potensikonstruksi kayu pada bangunan yang menjadi warisan budaya. Terakhir, pada sesi ketiga turut diajak untuk mengetahui tantangan dan prospek dari pelestarian konstruksi kayu pada bangunan bersejarah. Seminar ini selain memberikan berbagai pengetahuan mengenai konstruksi kayu pada bangunan terdahulu, juga meyakinkan kembali bahwa konstruksi kayu masih bisa digunakan saat ini.
Dokumentasi konstruksi kayu pada bangunan bersejarah dibuka oleh Dr. Ir. Nurtati Soewarno, M.T. yang merupakan dosen di ITENAS sebagai moderator. Kemudian berbagai dokumentasi konstruksi kayu pada berbagai bangunan mulai diperlihatkan. Konstruksi kayu pada proses renovasi masjid, komponen atap Gedung Merdeka, Aula Barat dan Aula Timur ITB yang ikonik, hingga bioskop Dian yang memiliki berbagai keunikan dalam komponen atapnya. Ketua Bandung Hritage, Bapak Aji Bimarsono, S.T., M.Sc. juga menyebutkan bahwa pemanfaatan kayu pada bangunan bersejarah bermakna dalam aspek sejarah, estetika, dan ilmu pengetahuan. Selanjutnya dijelaskan juga penjelasan mengenai konstruksi dan bangunan di Blok Saninten oleh Ir. Shirley Wahadamaputera yang juga merupakan dosen di ITENAS. Blok Saninten pada awalnya diperuntukan untuk pegawai dan memiliki bentuk tipe engkel dan koppel. Dijelaskan juga mengenai rumah dengan tipe engkel dan koppel yang tersisa hingga sistem strukturnya. Pada akhir sesi, bapak Andrea Fitriyanto S.T., M.Sc. dari Bambuso memberikan penjelasan mengenai penggunaan bambu dan konstruksi kayu pada Rumah Tongkonan yang menjadi rumah adat Suku Toraja di Sulawesi Selatan.
Karakteristik, keunggulan, dan potensi konstruksi kayu warisan budaya sebagai topik pada sesi kedua. Karakteristik kayu yang terbentuk secara alami dengan struktur pembentuknya, penjelasan lebih lanjut juga diberikan mengenai desain konstruksi kayu, pengawetan dan perkuatan konstruksi kayu, berbagai cara pemasangan dan sambungan konstruksi kayu, hingga penggunaan cross laminated timber (CLT). Yang materinya dikembangan oleh pemateri selanjutnya yaitu Ir. Ali Awaluddin, S.T, M.Eng., Ph.D. memberikan studi kasus pada restorasi Istana Sultan Sumbawa yang merupakan bangunan 2 lantai atapnya terbuat dari kayu, dan dinding pada lantai kedua terbuat dari anyaman bambu yang di plester. Rekonstruksi Jembatan Mandonai yang dibangun oleh masyarakat setempat. Hingga riset penggunaan kayu konstruksi menggunakan kayu akasia yang digunakan pada bangunan dengan jumlah lapisan ganjil.
Sesi ketiga dengan topik tantangan dan prospek pelestarian konstruksi kayu warisan budaya dibuka oleh Ibu Indah Widiastuti, S.T., M.T., Ph.D. Penjelasan dimulai oleh bapak Nicolsus Aji, S.Ds, M.Ds. mengenai dasar produk ketukangan yang sudah ada sejak abad ke-8 dan tercatat pada prasasti dan startegi yang perlu dilaksanakan untuk meningkatkan kesadaran bersejarah. Kegiatan menurunkan budaya kepada generasi penerus juga diperlukan, seperti di Jepara sejak dahulu turun menurun melestarikan budaya kepada keturunannya. Bahkan saat ini, pengukiran kayu akan dijadikan muatan lokal di Jepara. Disebutkan juga studi kasus dalam pembangunan berbagai tipe Rumah Joglo. Dilanjutkan dengan urgensi penggunaan BIM (Building Information Modelling) dalam bangunan
bersejarah oleh Bapak Aswin Indraprastha, M.T., Ph.D. BIM sebagai teknologi, metode, dan platform yang bahkan sudah banyak digunakan dalam konstruksi di Indonesia. Studi kasus restorasi dengan BIM yaitu dengan cara klasifikasi objek, lalu pemasukan informasi objek sesuai data yang didapatkan. BIM mendukung dokumentasi restorasi dokumentasi preservasi pengetahuan. Proses scan to BIM tidak berhenti di hasil BIM, tetapi terdapat potensi pengembangan informasi di beberapa bidang. Proses dokumentasi bangunan menggunakan BIM mulai dari tahap pemindahan, generasi geometri 3D, mengembangkan 3D menjadi objek BIM dengan tujuan menciptakan HBIM (Historic Building Information Modelling). Dilanjutkan dengan kajian biologi dan botani oleh Prof. Dr. Johan Iskandar, M.Sc. Hutan adalah wilayah yang didominasi oleh pepohonan dan menjadi tempat utama produksi kayu memegang peran penting. Hutan yang dijaga masyarakat adat setempat lebih baik kondisinya daripada taman nasional. Masyarakat adat setempat seperti Hutan Keramat di Kampung Naga melakukan sistem pertanian masyarakat dengan pengetahuan lokal. Baduy juga memiliki kawasan hutan alam yang masih luas dengan pengelolaan hutan di bukit gunung dibagi zona yaitu, permukiman/lembur, zona huma, zona reuma, dan hutan tua. Tempat pembagian wilayah konservasi di baduy memiliki konsep yang serupa seperti konsep modern taman nasional. Melindungi hulu sungai ciujung yang tidak boleh terganggu. Oleh karena itu, kawasan Baduy menjadi salah satu model ekologis yang lestari.
Kegiatan Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh Bandung Heritage ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran bersejarah dan memberikan pengetahuan lebih lanjut terhadap konstruksi kayu khususnya pada bangunan bersejarah dan meyakinkan bahwa konstuksi kayu masih dapat digunakan secara efektif pada masa kini.
Bandung, 21 Agustus 2024.
Penulis : Nasywa Tamma Nurhidayah
Kegiatan ini terselenggara atas dukungan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Pelaksanaan Program Pemanfaatan Hasil Kelola Dana Abadi Kebudayaan – Dana Indonesiana Tahun 2023, Kategori Dukungan Institusional.