Search
Close this search box.

Dihargai oleh dunia, diabaikan pemiliknya

Dihargai oleh dunia, diabaikan pemiliknya

Sekilas tidak ada yang istimewa dari bangunan yang berada di Jalan Sawunggaling No 2 Bandung. Pun tidak banyak yang tahu bahwa bangunan yang saat ini digunakan sebagai kantor Bank OCBC NISP dan tempat kuliner ini sebenarnya memiliki nilai sejarah dan arsitektur yang sangat penting bagi identitas Kota Bandung.

 

Bangunan yang pada mulanya dibangun sebagai tempat tinggal pada tahun 1930 an tersebut, diperkirakan dirancang oleh seorang arsitek yang sangat terkenal pada masa itu, C.P. Wolff Schoemaker (1882-1949) Bangunan yang juga menjadi rumah tinggal Schoemaker ini dirancang mengikuti gaya art deco dengan bentuk muka bangunan menghadap sudut jalan, sebagai respon terhadap lokasi letak bangunan yang memang berada di sudut jalan antara Jl. Sawunggaling dan Jl. Ranggagading.

 

Bangunan ini memiliki bagian muka berornamen tradisional ciri khas Schoemaker, beberapa jendela berkaca patri indah, lantai kuno berpola unik di ruang dalam, dan halaman di sekelilingnya dengan pepohonan yang membuat bangunan tampak asri.

 

Setelah paska kemerdekaan, kepemilikan bangunan berpindah ke tangan Bank NISP. Pada sekitar tahun 1998 Bandung Heritage mulai melirik bangunan Sawunggaling ini karena kondisi bangunan yang mulai mengalami kerusakan dibeberapa bagian. Hal ini tentu saja menjadi perhatian Bandung Heritage, sehingga kemudian mulai berupaya melakukan tindakan persuasif untuk meyakinkan dan mendorong pemilik bangunan melakukan kegiatan restorasi.

Beruntung pemilik bangunan memiliki kesadaran akan nilai penting bangunan tersebut dan keberadaannya di kawasan cagar budaya sehingga akhirnya bangunan tersebut direstorasi untuk dikembalikan pada bentuknya aslinya di tahun 1999. Proses restorasi dilaksanakan oleh satu tim khusus yang diketuai oleh Dibyo Hartono, arsitek senior pengurus Bandung Heritage.

 

Upaya pelestarian yang dilakukan oleh Bank NISP bersama Tim Bandung Heritage ini telah berhasil mengembalikan wajah bangunan cagar budaya tersebut seperti sediakala. Meskipun ada beberapa bagian yang dibuat dengan material baru, namun bangunan tetap memancarkan keindahan yang sama seperti sebelumnya. Keberhasilan proses restorasi rupanya mencuri perhatian UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) dan berbuah penghargaan UNESCO di tahun 2000. Penghargaan ini cukup meningkatkan tingkat apresiasi terhadap bangunan cagar budaya, mulai banyak warga kota dan turis asing menyempatkan diri berkunjung ke bangunan karya arsitek Wolff Schoemaker ini. Tentu saja sebagai masyarakat Kota Bandung, kita sudah sepatutnya bangga atas prestasi tersebut.

 

Beberapa tahun berlalu, keindahan bangunan bersejarah itu kini mulai kembali pudar terhalangi oleh tenda membrane dan gerobak franchise usaha kuliner. Tidak hanya ada bank di sana, tetapi juga ada fungsi komersial yang ikut meramaikan fungsi bangunan. Berdasarkan keterangan petugas keamanan yang berjaga di sana, sudah tidak terlihat lagi turis-turis mancanegara yang menyambangi bangunan tersebut. Alasannya mungkin karena bangunan tersebut sudah tidak seindah dulu lagi dan lingkungan sekitar yang tidak tertata rapi, kotor dan terlalu semerawut oleh parkir kendaraan. Pengelola bangunan yang sekarang dalam pengelolaannya tidak cukup peka dalam memperhatikan unsur keindahan maupun sejarah. Pemandangan yang amat disayangkan, mengingat bangunan tersebut merupakan salah satu bangunan yang terdaftar dalam daftar Bangunan Cagar Budaya Kota Bandung.

 

Tentu saja upaya pelestarian tidak semata-mata hanya untuk diapresiasi turis mancanegara. Suatu bangunan cagar budaya akan menjadi bernilai apabila kita sebagai pemilik dan masyarakat yang berada dalam lingkungannya turut memberi nilai dengan menjaga dan merawatnya. Jangan sampai kita menyesal dikemudian hari, saat tidak ada lagi yang tersisa dari situs kota yang dapat memperkuat identitas Bandung sebagai sebuah kota yang beradab.